tafsir ayat at-tarhim. "selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka"




يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
(AT-TARHIM ayat 6)

Zaid bin Aslam ra. berkata bahwa ketika Rasulullah saw. membaca ayat tersebut, para sahabat r.a. bertanya, "Ya Rasulullah! Bagaima dapat menyelamatkan keluarga kita dari api neraka?" Rasulullah saw. menjawab, "Arahkan mereka untuk melakukan perkara-perkara yang disukai Allah.Swt. dan cegahlah mereka dari perkara-perkara yang dibenci Allah.swt


 Ali ra. menafsirkan ayat tersebut bahwa maksudnya adalah, berilal ajaran dan peringatan untuk perkara-perkara yang baik kepada dirimu sendiri dan kaum keluargamu. (Durrul Mantsur)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Semoga Allah Swt merahmati seorang ayah yang menolong anaknya sendiri dengan berkelakuan baik kepada ayahnya." Yaitu dia tidak melakukan sesuatu untuk mendurhakai ayahnya. (Ihya Ulumiddin) Termasuk di dalamnya adalah menjadikan anak-anaknya saleh. Apabila anak-anaknya tidak saleh, wajar kalau dia mendapatkan kelakuan buruk dari anaknya Di dalam hadits lain dinyatakan bahwa aqiqah patut diberikan untuk seorang anak dan pemberian nama pada anak pada hari ketujuh setelah kelahirannya.

Ketika seorang anak berusia enam tahun, kepadanya harus diajarkan adab-adab dan budi pekerti. Setelah berusia sembilan tahun, tempat tidurnya harus terpisah. Setelah usia 13 tahun, ia harus dipukul apabila tidak mengerjakan shalat. Setelah berusia 16 tahun, anak itu sudah patut dikawinkan. Setelah itu sang ayah harus memegang tangannya lalu mengatakan, "Ayah sudah mendidik kamu dengan adab-adab dan budi bahasa, sudah mengajarkan ilmu kepadamu dan sudah mengawinkanmu. Kini ayah minta kepadamu agar Allah Swt. melindungiku dari fitnahmu di dalam kehidupan dunia dan azab karenamu di dalam kehidupan akhirat." (Ihya Ulumiddin)

Azab di akhirat karenamu, maksudnya adalah seperti dinyatakan dalam berbagai hadits dengan berbagai cara bahwa siapa yang memulai perbuatan yang buruk, maka ia mendapat dosa untuk perbuatannya sendiri dan menerima dosa-dosa dari orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.

Jadi ia akan berdosa karena perbuatannya sendiri ditambah dosa karena menjadi penyebab orang lain berdosa. Dengan demikian, ámalan buruk yang dilakukan oleh anak-anak yang disebabkan oleh perbuatan salah yang dilakukan orang tuanya, akan sampai juga kepada orang tua mereka. Oleh karena itulah, para orang tua hendaknya waspada dengan kelakuannya di hadapan anak-anak.

Di dalam hadits ini diperintahkan agar memukul anak-anak yang berumur 13 tahun jika tidak mau mengerjakan shalat. Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa mendidik anak untuk shalat harus dimulai pada anak usia 7 tahun, dan setelah usianya 10 tahun diperintahkan untuk memukulnya jika tidak mau mengerjakan shalat. Hadits ini pun sahih karena sanad riwayatnya lebih banyak.

Walau bagaimana, kita diperintahkan untuk mendidik anak agar mengerjakan shalat walau dengan pukulan jika perlu. Adalah dosa apabila orang tua tidak mengajar anaknya untuk mengerjakan shalat. Jika orang tua mengajar anak-anaknya shalat dan syariat agama lainnya, maka pahala ámalannya sebagai hasil didikan orang tua, akan diperoleh juga oleh orang tuanya. Di samping itu, anak-anak saleh akan mendoákan orang tuanya, maka pahala yang didapatkan orang tua itu akan lebih banyak lagi

Ibnu Malik rah.a. mengatakan di dalam hadits tersebut di atas, dinyatakan bahwa syarat untuk mendapatkan pahala dari anak, hendaknya anak itu adalah anak yang saleh.

Sedangkan pahala dari anak yang tidak saleh, tidak akan sampai kepada orang tuanya. Berkenaan dengan doá, adalah untuk menggalakkan anak saleh agar giat berdoá. Telah dikatakan bahwa pahala untuk ámalan anak-anak saleh akan sampai kepada orang tuanya, apakah anak itu berdoá atau pun tidak.

Sebagaimana seseorang yang menanam pohon untuk dimanfaatkan banyak orang, apabila buah-buahnya dimakan oleh banyak orang, pahala akan sampai kepada orang yang menanam pohon itu, apakah orang yang makan buah itu berdoá atau pun tidak.


Allamah Manawi rah.a. mengatakan bahwa anak-anak yang saleh dianjurkan supaya berdoá, namun yang jelas, doá siapa saja akan mendatangkan manfaat, baik itu anak sendiri atau pun bukan. Di dalam hadits ini disebutkan hanya tiga perkara saja yang dipentingkan. Di samping itu ada beberapa perkara lagi yang disebutkan dalam hadits-hadits lain bahwa pahalanya kekal terus menerus. Telah diriwayatkan

dalam sebuah hadits, barangsiapa memulai suatu perkara yang baik, ia akan mendapatkan pahala untuk ámalannya sendiri dan ámalan mereka yang mengikutinya tanpa mengurangi ámalan orang yang mengikutinya itu sedikit pun. Demikian juga, barangsiapa memulai melakukan perkara yang salah, maka ia akan berdosa karena kesalahannya sendiri dan kesalahan orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya itu.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ámalan seseorang akan terhenti bersamaan dengan kematiannya, kecuali mereka yang menjaga perbatasan di jalan Allah Swt. Pahalanya akan terus menerus didapatkan hingga hari Kiamat. (Mirgat)

Di samping itu, ada beberapa hal serupa itu yang diriwayatkan di dalam beberapa hadits, antara lain: menanam pohon, mengalirkan sungai dll. Allamah Suyuthi rah.a. mengatakan bahwa jumlah ámalan seperti itu ada sebelas perkara. Ibnu Imad rah.a. menghitungnya ada tiga belas perkara. Tetapi semuanya berpulang kepada tiga perkara yaitu, menanam pohon," mengalirkan air dan ámalan lain yang termasuk sedekah jaariah.





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "tafsir ayat at-tarhim. "selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka""

Post a Comment