Inilah harta kita yang sebenarnya




Aisyah r.a. berkata bahwa suatu ketika mereka menyembelih seekor kambing (dan membagi-bagikan dagingnya). Rasulullah saw. bertanya kepada mereka, 'Berapa banyak lagi yang tersisa?” Aisyah ra menjawab, "Hanya sepotong daging paha saja. Rasulullah saw. bersabda, "Semuanya tersisa kecuali sepotong daging paha saja. (Hr. Tirmidzi; Misykat)


Maksudnya, apa yang telah dibelanjakan karena Allah Swt., sebenarnya itulah yang masih tertinggal, karena pahalanya kekal. Sedangkan sisanya yang tertinggal tidak diketahui apakah sampai ke tempat yang kekal atau pun tidak. Penulis kitab Mazhahirul Haq berkata bahwa di dalam hadits ini Rasulullah saw. telah merujuk kepada firman Allah Swt. yang suci


مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. 
(Q.S An-Nahl ayat 96)

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda bahwa hamba-hamba Allah Sw. akan mengatakan, "Hartaku, hartaku" padahal hartanya yang sesunggahhya adalah apa yang telah habis karena dimakannya atau lusuh karena dipakainya atau sudah dijadikan simpanan untuk dirinya dengan membelanjakannya di jalan Allah Swt. Selain itu, apa yang tertinggal akan habis,
karena setelah ia meninggal hartanya menjadi milik orang lain. (Muslim) Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat r.a., "Siapakah di antara kalian yang lebih suka harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri? Para sahabat ra. menjawab, "Ya Rasulullah saw., tidak ada seorang pun di antara kami yang menyukai seperti itu. Siapa pun pasti akan lebih menyukai hartanya send." Maka Rasululah saw. bersabda, "Harta manusia yang sebenarnya adalah apa yang telah dijadikan simpanan untuk akhirat. Dan yang ia tinggalkan adalah harta ahli warisnya." (Misykat dari Bukhari)

 lalu bersabda, 'Manusia mengatakan, hartaku-hartaku.' Wahai manusia, hartamu yang sebenarnya adalah yang telah engkau habiskan dengan memakannya, yang telah engkau lusuhkan karena memakainya dan yang telah engkau hantarkan dengan menyedekahkannya (agar terjaga dalam khazanah Allah Swt.)' (Misykat dari Muslim)


Hadits-hadits serupa itu telah diriwayatkan juga oleh beberapa orang sahabat r.a.. Pada umumnya manusia mementingkan simpanannya untuk simpanan dunia, padahal itu tidak kekal. Walaupun ia selamat dari marabahaya ketika hidupnya di dunia, tetapi setelah kematiannya uang itu tidak memberikan faedah sedikit pun baginya. Tetapi uang yang disimpan dalam simpanan Allah Swt. akan terus memberikan faedah, dan tidak akan ada bahaya ke atasnya, tidak akan berkurang bahkan bertambah dan tidak akan habis. Sahal bin Abdullah Tastari rah.a. telah membelanjakan hartanya sebanyak-banyaknya di jalan Allah Sw..


Ibunya dan adik-adiknya mengadukan hal inf kepada Abdullah bin Mubarak rah.a., katanya, "Dia hendak membelanjakan semua hartanya, kami khawatir sebentar lagi ia akan menjadi fakir." Abdullah bin Mubarak kemudian menanyakan hal itu kepada Sahal Tastari rah.a. dan beliau menjawab, "Pikirkanlah oleh tuan dan beritahukan kepada saya, jika seorang penduduk Madinah membeli sebidang

tanah di Rusaq (sebuah kota yang berada dalam jajahan Persia) untuk tinggal di sana, apakah ia akan meninggalkan barang-barangnya di Madinah? abdullah bin mubarak r.a menjawab "tidak" Sahal Tastari berkata,
"Jadi, demikianlah saya." Dengan jawaban beliau yang demikian, orang- orang mengira bahwa beliau akan pindah ke tempat lain. (Tanbih Ghafilin)


Padahal maksud beliau adalah perpindahan ke alam lain (akhirat). Pada zaman sekarang, banyak juga orang yang mengalami hal seperti ini. Orang orang yang hendak pindah tempat tinggal, mereka akan mengangkut baran barangnya ke tempat tinggal yang baru, atau menjualnya apabila barang itu sukar diangkut, dan mereka tidak akan pindah sebelum semuanya beres Apabila mereka terpaksa pindah dengan mengalami kehilangan semua harta kepunyaannya (misalnya mengungsi karena suatu bencana), maka kepidahannya akan disertai dengan kekecewaan, penyesalan, kerisauan, dan kesusahan yang tidak berkesudahan


Demikian halnya apabila manusia akan meninggalkan alam dunia berpindah ke alam akhirat. Sebelum kematian datang, manusia masih mempunyai kesempatan untuk memindahkan hartanya ke alam akhirat. Tetapi apabila tidak sempat atau akibat lalai, maka hartanya yang tersimpan dunia akan lepas dari tangannya, seolah-olah menjadi harta rampasan atau disita oleh pemerintah. Sekarang masih ada peluang bagi orang yang berpikir untuk memindahkan harta milik sendiri ke alam lain (akhirat), tempat manusia akan tinggal kelak.





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Inilah harta kita yang sebenarnya"

Post a Comment